Medan, BAKUMSU (26/11). Sejak bergulirnya orde reformasi 1998, Indonesia membuka peluang lebar kepada seluruh warga negaranya untuk terlibat dalam setiap proses demokrasi yang berjalan. Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara (BAKUMSU) menyelenggarakan pendidikan calon pemimpin politik lokal sebagai bentuk penyadaran terhadap masyarakat di TC GBKP Sukamakmur (23-24/11/2017).
Secara umum, pendidikan ini bertujuan untuk mendorong lahirnya calon pemimpin lokal yang memiliki kemampuan penalaran politik dan demokrasi berdasarkan realitas demokrasi dan politik lokal di Sumatera Utara dan memahami tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun metode sajiannya adalah pradaya, ceramah dan sosialisasi, serta studi mandiri.
Juniati Aritonang, selaku Koordinator Divisi Study dan Advokasi BAKUMSU mengatakan, bahwa pendidikan politik merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang tinggal di era demokrasi dan juga merupakan salah satu bentuk dari penyadaran terhadap masyarakat. Masyarakat selaku aktor utama dalam proses demokrasi, harus terlibat aktif dan tanggap terhadap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat kepada pemerintah. “Demokrasi bukan hanya sekedar pemilihan umum, tetapi juga bagaimana masyarakat terlibat dalam segala prosesnya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera,” tegasnya.
Peserta yang terlibat dalam pendidikan ini sebanyak 25 orang dari dampingan YAPIDI, dan YAK GBKP. Pemilihan peserta didasarkan pada pertimbangan kapasitas kepemimpinan dan orientasi mereka untuk maju sebagai calon pemimpin lokal (eksekutif dan legislatif) di level provinsi, kabupaten dan desa. Peserta yang hadir, sangat antusias dan berperan aktif dalam semua diskusi yang diberikan oleh pembicara/narasumber. “Saya sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan pendidikan politik ini, saya semakin sadar akan hak dan kewajiban saya sebagai warga Negara yang tinggal di negara demokrasi,” kata seorang peserta, Ibu Br. Keliat.
Dalam kesempatan ini, Benget Silitonga, selaku anggota KPU Sumut menjelaskan bahwa politik merupakan bagaimana rakyat bisa terlibat dalam demokrasi. Adapun kondisi demokrasi kita saat ini adalah demokrasi hanya sebatas prosedural, politik ganti orang, politik jalan pintas, politik uang/transaksional, populis, politik individual/privatisasi politik, politik komunal.
Benget mengatakan demokrasi sangat netral. Saya kira, cara berpikir kita harus dirubah. Dalam demokrasi ada naik turunnya, ada keberhasilan dan ada kegagalan. Saya kira, kita jangan sampai frustasi. Menurut saya, demokrasi kita pasti akan mendapatkan keberhasilan. Hal ini merupakan skema perjuangan, yang terpenting adalah adanya pendidikan politik menuju kesadaran politik rakyat. Saya belum melihat bahwa tidak ada kemungkinan, masih ada kemungkinan kita menuju keberhasilan. Sesuatu yang bisa kita kerjakan dan yakini pasti akan berhasil.
Dalam rangka membangun demokrasi yang baik, ada 3 hal yang harus dipersiapkan. Yaitu, Kompetensi Politik, Konstituensi Politik, dan Integritas Politik. “Kita punya pendukung maka kita punya legalitas, kita punya kompetensi maka kita punya efektifitas, kita punya integritas maka kita punya legitimasi kepercayaan dari masyarakat. Itu yang bisa saya sampaikan, politisi kita banyak yang tidak kompeten,” ucapnya.
Timo Dahlia Daulay, ketua KPU Deli Serdang juga turut serta dan memberikan penjelasan tentang kepemimpinan. Timo menerangkan bahwa pemimpin harus mampu melayani masyarakatnya, menjadi contoh, memotivasi diri dan orang lain, mengkader orang lain, mampu berada ditengah persoalan. Pemimpin harus punya kekuasaan. Kekuasaan itu adalah mandat dari anggota, oleh karenanya setiap anggota harus memberi kemerdekaannya kepada pemimpinnya. Pemimpin harus mampu melihat persoalan yang ada pada masyarakat, responsif dan mendengar masalah masyarakatnya.
Seorang pemimpin, tujuannya adalah untuk menyatukan perbedaan yang ada. Ada dua gaya menjadi pemimpin, antara Bos dan Leader. Pemimpin punya kewenangan, karena punya kekuasaan dan punya pengikut. Pemimpin mempunyai mandat dari anggota. Kekuasaan mempunyai aturan. Perilaku pemimpin akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya. Relasi antara pimpinan dengan bawahan dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya.
Diakhir sesi diskusi, Timo mengatakan seorang pemimpin harus mengetahui karakteristik masyarakat yang harus dipimpinnya. Pemimpin harus memiliki antara lain: kecerdasan, kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi, sikap hubungan kemanusiaan. (Lasron)