DELISERDANG|Konflik lahan PTPN II di Desa Namo Bintang, Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancurbatu, Deliserdang berujung pertumpahan darah, Senin (13/2/2017) sore. Puluhan warga dikabarkan luka-luka, begitu juga di kubu pasukan TNI yang melakukan pengamanan turut menjadi korban dari serangan massa.
Informasi dihimpun dari lapangan versi warga menyebutkan, pertikaian berdarah ini terjadi akibat arogansi pihak aparat keamanan berseragam TNI lengkap dengan senjata laras panjangnya. “Warga di sini tadi cuma berjaga-jaga karena memang kawasan ini sedang dalam sengketa lahan. Jadi tiba-tiba pasukan TNI dari seberang sana melakukan tembakan beberapa kali ke udara. Itu yang jadi pemicunya,” kata Saipul, mahasiswa yang selama ini melakukan pengawalan atas sengketa lahan antara warga dengan pihak PTPN II.
Diterangkan Saipul yang juga diamini sejumlah warga saat dikonfirmasi, Senin (13/2//2017) malam, pasca persitegangan dengan pihak PTPN II, beberapa hari ini alat berat berupa ekskavator yang diterjunkan manajemen plat merah itu untuk membuat parit pembatas, sudah dikerangkeng warga.
“Masyarakat tidak memperbolehkan pihak PTPN II untuk melakukan pekerjaan membuat parit, jadi alat berat itu dikerangkeng dengan cara dikelilingi becak milik warga dan dirantai. Jadi, tadi tiba-tiba masuk pasukan TNI nya lengkap dengan laras panjang sekitar 50 orang lebih ke lokasi,” kata dia.
Masih lanjut dia, belum diketahui apa sebabnya, tiba-tiba saja warga dikejutkan dengan adanya suara tembakan yang diletuskan beberapa kali ke udara. Karena merasa kesal dengan ulah pasukan TNI yang melakukan penembakan yang dinilai sebagai bentuk intimidasi itu, hasilnya warga pun jadi berang.
“Pas lagi letusan tembakan itu, mereka juga memaksa alat berat itu keluar. Ada juga beberapa anggota masyarakat yang ditangkap,” terang Saipul.
Disebutkan Saipul lagi, negara harus merealisasikan UU No 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan. “Kembalikan yang menjadi hak dan milik rakyat. Jangan pernah membodoh-bodohi rakyat. Ini negara hukum, PTPN II Kuala Bekala tidak mempunyai hak,” celotehnya.
Sementara itu, seorang ibu paruh baya yang ditanyai mengatakan, masyarakat tadinya terbagi dua kelompok. “Kami ini tadi kan terdiri dari dua grup, anakku. Satu kelompok di dekat beko itu, satu lagi di posko. Kalau yang di dekat beko itu saya nggak tahu kejadiannya. Karena kami tadi di posko. Tiba-tiba saja tadi ada yang berteriak ‘ayo…ayo’, rupanya pas mau jalan sudah duluan jalan pihak tentaranya ke arah posko. Jadi ada tembakan beberapa kali. Jadi semua masyarakat resah karena tembakan ‘dor..dor..dor’ beberapa kali. Jadi pada kocar-kacirlah. Sebagian ditangkapi. Ada kejadiannya kami rekam, tapi kami gemetaran merekamnya. Namanya lah mamak-mamak,” kata seorang nande di balik gagang telepon.
Informasi dihimpun secara terpisah, sedikitnya ada 6 warga yang luka parah dalam bentrok berdarah ini. Dua di antaranya diboyong ke Polrestabes Medan atas nama Immanuel Ginting dan Pamal Ginting. Sedangkan Kepri Sembiring dan kawan-kawan yang mengalami luka masih dalam penanganan medis.
“Kalau menurut informasinya, ada juga di pihak TNI yang luka-luka. Tapi nggak ada yang kenal namanya. Sekitar 4 orang yang luka. Salah satunya sempat nampak di baju dinasnya bernama Romi,” kata seorang warga di lokasi.
Sumber sendiri belum mendapatkan mana informasi yang benar. Sebab kedua kubu, baik pihak TNI mau pun warga, sama-sama mengklaim mereka lah yang diserang terlebih dahulu. “Tapi kalau letusan, setidaknya ada 50 kali terdengar ke udara,” kata sumber.
Apa komentar aparat keamanan, baik kepolisian mau pun dari TNI? Hingga berita ini diterbitkan redaksi, belum ada keterangan yang jelas. Kapolrestabes Medan Kompol Sandi Nugroho hanya mengatakan, “Cek ke humas Kodam atau Kodam, Ndan. Makasih.”
Lalu bagaimana keterangan versi TNI? Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) I Bukit Barisan, Letkol Inf Edi Hartono mengatakan, pihaknya masih akan mengecek terlebih dahulu terkait informasi ini.[metro]